CEO (Chief Executive Officer) WorldCom Bernard Ebbers dinyatakan bersalah
dalam skandal akuntansi terbesar dalam sejarah AS. Skandal akuntansi WorldCom
yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di AS ini mencuat
beberapa tahun yang lalu dan sempat membuat Wall Street mengalami kejatuhan.
Juri di Pengadilan Federal Manhattan menyatakan Ebbers bersalah atas 9 tuduhan
termasuk kecurangan, konspirasi dan berbohong kepada regulator dengan ancaman
hukuman hingga 85 tahun.
WorlCom merupakan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai
macam produk di seluruh dunia seperti data, Internet, komunikasi telepon,
layanan telekonfrens melalui video, sampai penjualan kartu telepon prabayar untuk
sambungan internasional.
Perusahaan dengan kode saham Wcom di bursa Nasdaq ini memiliki 73.000
pegawai yang tersebar di seluruh dunia. Sebanyak 8.300 di antaranya adalah
pegawai yang tinggal di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Skandal WorldCom
mencuat setelah perusahaan ini mengaku telah mengembungkan keuntungannya hingga
US$ 3,9 milyar pada periode Januari 2001 dan Maret 2002. Pada tahun 2001 hingga
awal 2002, WOrldCom memasukan US$ 3,9 milyar dollar AS yang merupakan biaya
operasi normal ke dalam pos investasi. Hal ini memungkinkan perusahaan tersebut
menekan biaya selama bertahun-tahun. Dengan hilangnya pos biaya operasional
ini, maka pos keuntungan menjadi lebih besar karena biaya yang seharusnya
mengurangi keuntungan sudah diperkecil.
Dengan keuntungan yang terlihat besar, maka akan menunjukkan bahwa
kinerja WorldCom sangat bagus. Saham WorldCom yang dicatatkan di bursa tahun
1999 pada harga US$ 62, langsung anjlok 94 persen sejak Januari 2002 akibat
mencuatnya skandal tersebut. Selain itu setelah perginya pendiri dan chief
executive officer WorldCom, Bernie Ebbers, pada bulan April 2002, skandal
lainnya mencuat. Diketahui Ebbers meminjam jutaan dollar AS dari perusahaan
tersebut untuk menanggung kelebihan harga yang harus dibayarnya untuk saham-saham
perusahaan itu sendiri. Dalam proses pengadilan, Jaksa menuding Ebbers
pikirannya tergoda untuk menjaga saham Worldcom tetap tinggi dan menjadi panik
oleh tudingan dia memperolah US$ 400 juta pinjaman pribadi yang dijamin dengan
saham Worldcom.
Pada akhir tahun 2000 hingga pertengahan tahun 2002, pemerintah AS
mengklaim Ebbers mengintimidasi CFO (chief financial officer) Scott Sullivan
untuk menutupi pengeluaran yang tidak terkontrol yang mencapai miliaran dolar
dan menyebutnya sebagai pendapatan yang tidak selayaknya. Namun pengacara
Ebbers membantah bahwa kebocoran itu adalah tanggung jawab Sullivan. Sebelumnya
Sullivan yang bertindak sebagai saksi dari pihak pemerintah mengatakan bahwa
Ebbers menginstruksikan dirinya untuk mencatatkan jumlah ke dalam neraca hingga
memenuhi ekspektasi Wall Street. Juri telah mengenali bahwa kecurangan itu
ditimbulkan dari manajemen tingkat menengah hingga eksekutif puncaknya. Selain
itu Ebbers juga masih menghadapi proses pengadilan sipil termasuk tuntutan dari
perusahaan yang telah menjamin US$ 400 juta pinjaman pribadinya setelah Bank of
Amerika minta lebih banyak jaminan setelah harga saham WorldCom terus jatuh.
Sementara itu 12 mantan direktur perusahaan termasuk satu bank investasi yang
menjadi underwriter dan auditor Arthur Andersen juga menghadapi pengadilan
sipil dari para investor yang marah.
Tanggapan :
perusahaan ini mengaku telah mengembungkan keuntungannya hingga US$ 3,9
milyar pada periode Januari 2001 dan Maret 2002. Pada tahun 2001 hingga awal
2002, WOrldCom memasukan US$ 3,9 milyar dollar AS yang merupakan biaya operasi
normal ke dalam pos investasi. Hal ini memungkinkan perusahaan tersebut menekan
biaya selama bertahun-tahun. Dengan hilangnya pos biaya operasional ini, maka
pos keuntungan menjadi lebih besar karena biaya yang seharusnya mengurangi
keuntungan sudah diperkecil.
SUMBER :
http://apbusinessethic.blogspot.com/2014/03/tugas-1-kelas-b-ppak-2014-kasus.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar